Rabu, 28 September 2011

homo Floresiensis

Homo Floresiensis

PENYELIDIK dan saintis Universiti New England, New South Wales, Australia, tergamam sebaik melihat tengkorak dan tulang aneh yang dijumpai tersembunyi di gua Liang Bua, Kepulauan Flores, pada 2003.
Dengan penuh kehairanan, mereka membelek tengkorak misteri yang ditemui bersama fosil tikus raksasa, komodo dan gajah kecil sepanjang kerja arkeologi di gua itu. Ini kerana bentuk tengkorak itu sama seperti tengkorak manusia moden tetapi saiznya lebih kecil.
Kajian lanjut kemudian mendapati tengkorak dan tulang itu berasal daripada manusia purba digelar ‘homo floresiensis’ yang wujud kira-kira 13,000 tahun lalu.
Seterusnya penemuan itu mengundang persoalan misteri mengenai kemungkinan wujudnya pelbagai spesies manusia aneh pada zaman dulu, yang bentuk fizikal mereka adalah berlainan sama sekali dengan anatomi manusia moden (digelar homo sapiens) pada hari ini.
Sebenarnya, tengkorak dan tulang homo floresiensis yang turut digelar ‘Hobbit’ itu bukanlah laporan penemuan pertama membabitkan tengkorak dan kerangka aneh yang dijumpai di seluruh dunia.
Laporan mengenai penemuan tengkorak yang berbentuk pelik dan berlainan dengan tengkorak manusia moden, sudah mula dilaporkan sejak ratusan tahun lalu sekali gus mencetuskan misteri dan enigma yang tidak berkesudahan sehingga kini.
Pelbagai teori dikemukakan menerusi penemuan kerangka dan tengkorak aneh berkenaan antaranya tengkorak dan fosil yang dijumpai itu bukanlah milik manusia tetapi tinggalan makhluk asing yang sudah mati.
Teori lain pula menyokong dakwaan wujudnya pelbagai spesies manusia yang berlainan bentuk fizikal di dunia ini, pada zaman purba tetapi akibat sebab tertentu spesies itu sudah pupus dan meninggalkan manusia berjenis homo sapiens saja pada masa kini.
Kepercayaan mengenai wujudnya spesies manusia aneh pada zaman purba itu disokong pula dengan cerita legenda penduduk setempat contohnya penduduk Pulau Flores percaya rangka homo floresiensis yang dijumpai pada 2003 adalah makhluk kerdil berbulu ‘Ebu Gogo’ yang mendiami pulau itu pada zaman purba.
Rekod penemuan paling aneh mungkin berlaku sekitar 1800an apabila sebuah rangka dan tengkorak misteri ditemui tersembunyi di sebuah makam kuno dekat kota Sayre, Bradford County, Pennsylvania, Amerika Syarikat (AS).
Tidak seperti tulang belulang manusia homo sapiens pada hari ini, kerangka dan tengkorak yang ditanam pada 1200 itu bertubuh besar, tinggi malah paling mengejutkan adalah di bahagian kening tengkorak terdapat sepasang tanduk!
Pada 1888 pula, tujuh kerangka dalam posisi duduk ditemui di sebuah kubur dekat Clearwater, Minnesota, AS. Tengkorak makhluk yang dijumpai itu memiliki dua baris deretan gigi pada rahang atas dan bawah. Selain itu, dahinya lebih pendek dan miring dibandingkan tengkorak manusia yang lazim.
Meniti masa, satu lagi tengkorak aneh ditemui pada 1911 dekat Lovelock, Nevada, AS apabila pekerja yang sedang melakukan penggalian di kawasan itu secara tidak sengaja menemui mumia berbentuk menyerupai tubuh manusia.
Bagaimanapun, mumia itu bertubuh gergasi malah masih terdapat sisa rambut berwarna merah di kepalanya. Di kalangan penduduk setempat, mumia itu dikaitkan dengan legenda kuno suku Indian Paiute yang menceritakan wujudnya manusia gergasi berambut merah iaitu ‘Si-te-cahs’ dan gergasi itu menjadi musuh suku Indian di daerah berkenaan.
Sebuah tengkorak aneh juga ditemui di Chihuahua, Mexico pada 1930 di mana bahagian belakang tengkorak melebar sedangkan rongga matanya besar. Akhir 1999, hasil pengujian DNA mendapati tengkorak itu adalah dari jenis manusia.
Dua belas tahun lalu, penyelidik, Robert Connolly tampil mengemukakan foto tengkorak aneh berbentuk lonjong yang ditemui di Nazca, Peru di mana kawasan gurun itu juga adalah satu lokasi misteri yang memiliki ratusan lukisan raksasa aneh di permukaan tanahnya.
Tengkorak dirakamkan Connolly dikatakan sudah mencapai usia puluhan ribu tahun. Lelaki itu turut melaporkan penemuan kerangka aneh lain yang bentuknya sama dengan manusia moden kecuali tengkorak kepalanya besar pada bahagian cranium manakala rongga mata lebih lebar.
Ada pihak percaya yang bentuk aneh pada tengkorak itu dilakukan menerusi proses primitif ‘mengikat tengkorak’ di mana seseorang itu menekup kepalanya dengan ketat menggunakan pakaian atau alat tertentu selama tempoh yang amat lama.
Proses itu menyebabkan kepala akan membesar mengikut bentuk alat berkenaan, sama seperti amalan kaum Padaung di sempadan Myanmar dan Thailand yang memanjangkan leher mereka dengan melilit besi di leher masing-masing, terus menerus.
Sepanjang laporan penemuan pelbagai tengkorak dan kerangka aneh berkenaan, ada juga pihak tertentu yang sengaja mengada-adakan cerita kononnya tengkorak misteri sudah dijumpai di sesuatu tempat.
Antaranya laporan penemuan gambar rangka manusia gergasi di Arab Saudi dan gambar berkenaan tersebar luas menerusi internet sejak beberapa tahun lalu. Bagaimanapun, siasatan mendapati gambar rangka dan tengkorak berkenaan adalah palsu dan dibuat menggunakan perisian komputer, Photoshop.
FAKTA
Teori mengenai penemuan tengkorak aneh

  • Wujud spesies manusia aneh yang berbeza keadaan fizikal dengan manusia homo sapiens, pada zaman purba.

  • Tengkorak berkenaan adalah milik makhluk asing yang sudah meninggal dunia.

  • Tengkorak aneh itu dapat dibuat menggunakan proses primitif ‘mengikat tengkorak’.

  • Ada gambar tengkorak adalah palsu dan dibuat menggunakan komputer dan ceritanya diperbesarkan.

  • zaman nara

    Zaman Nara

    Daibutsu di Nara. Buddharupang berukuran besar asl tahun 752 M.
    Zaman Nara pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang yang kuat. Pada tahun 710, Kaisar Gemmei mengeluarkan perintah kekaisaran yang memindahkan ibu kota ke Heijō-kyō yang sekarang bernama Nara. Heijō-kyō dibangun dengan mencontoh ibu kota Dinasti Tang di Chang'an (sekarang disebut Xi'an).
    Sepanjang zaman Nara, perkembangan politik sangat terbatas. Anggota keluarga kekaisaran berebut kekuasaan dengan biksu dan bangsawan, termasuk dengan klan Fujiwara. Hubungan luar negeri berlangsung dengan Silla dan hubungan formal dengan Dinasti Tang. Pada 784, ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-kyō untuk menjauhkan istana dari pengaruh para biksu, sebelum akhirnya dipindahkan ke Heian-kyō (Kyoto).
    Penulisan sejarah Jepang berpuncak pada awal abad ke-8 dengan selesainya penyusunan kronik Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720). Dalam kedua buku sejarah tersebut dikisahkan sejarah Jepang mulai dari awal sejak zaman mitologi Jepang. Di dalamnya ditulis tentang pendirian Jepang pada tahun 660 SM oleh Kaisar Jimmu yang keturunan langsung dari Amaterasu. Menurut kedua kronik tersebut Kaisar Jimmu merupakan leluhur dari garis keturunan kaisar yang sekarang. Kaisar Jimmu sering dianggap sebagai kaisar mitos karena kaisar pertama berdasarkan bukti-bukti sejarah adalah Kaisar Ōjin yang tahun-tahun masa pemerintahannya tidak diketahui dengan jelas. Sejak zaman Nara, kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan kaisar, melainkan di tangan bangsawan istana, shogun, militer, dan sekarang di tangan perdana menteri.

    zaman asuka

    Zaman Asuka

    Lukisan dinding di Makam Takamatsuzuka, Asuka, Nara, abad ke-8
    Pada zaman Asuka (538-710), negara Jepang purba Yamato secara bertahap menjadi negara yang tersentralisasi. Negara Jepang purba sudah memiliki undang-undang seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Taihō dan butir-butir Reformasi Taika.[11] Masuknya agama Buddha di Jepang mengakibatkan orang tidak lagi membuat makam berbentuk kofun.
    Agama Buddha masuk ke Jepang sekitar tahun 538 melalui Baekje yang mendapat dukungan militer dari Jepang.[12] Penyebaran agama Buddha di Jepang dilakukan oleh kalangan penguasa. Pangeran Shōtoku mendedikasikan dirinya dalam penyebaran Buddhisme dan kebudayaan Cina di Jepang. Ia berjasa menyusun Konstitusi 17 Pasal yang membawa perdamaian di Jepang. Konstitusi yang disusunnya dipengaruhi oleh pemikiran Konfusianisme tentang berbagai moral dan kebajikan yang diharapkan masyarakat dari pejabat pemerintah dan abdi kaisar.
    Dalam sepucuk surat yang disampaikan duta Kekaisaran Jepang ke Kekaisaran Cina pada tahun 607 ditulis kata-kata, "Kaisar negeri matahari terbit (Jepang) mengirimkan surat kepada kaisar di negeri matahari terbenam (Cina)".[13] Surat tersebut menyebabkan kemarahan kaisar Cina.[14]
    Dimulai dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645, Jepang semakin giat mengadopsi praktik-praktik budaya Cina, melakukan reorganisasi pemerintahan, serta menyusun undang-undang pidana (Ritsuryō) dengan mengikuti struktur administrasi Cina pada waktu itu. Istilah Nihon (日本?) juga mulai dipakai sebagai nama negara sejak zaman Asuka.

    zaman jomon

    Zaman Jōmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM. Tanda-tanda pertama peradaban dan pola hidup stabil manusia muncul sekitar 14.000 SM dengan adanya kebudayaan Jōmon yang bercirikan bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik. Mereka tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas tanah yang digali dan di atasnya didirikan rumah beratap dari kayu. Orang zaman Jōmon sudah mengenal bentuk awal dari pertanian, namun belum mengenal cara menenun kain dan pakaian dibuat dari bulu binatang. Orang zaman Jōmon mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola yang dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan tongkat kayu atau tali atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar tertua di dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit kerang, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM.[4] Boneka tanah liat yang disebut dogū juga ditemukan dari situs ekskavasi. Barang-barang rumah tangga menunjukkan kemungkinan ada rute perdagangan yang jauhnya sampai ke Okinawa[rujukan?]. Analisis DNA menunjukkan bahwa penduduk asli Hokkaido dan bagian utara Pulau Honshu yang disebut suku Ainu adalah keturunan orang zaman Jōmon dan merupakan keturunan dari manusia pertama penghuni Jepang[rujukan?].

    [sunting] Zaman Yayoi

    Dōtaku dari zaman Yayoi, abad 3 M.
    Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar 400 SM atau 300 SM hingga 250 Masehi. Dari situs arkeologi kota Yayoi, distrik Bunkyō, Tokyo ditemukan artefak asal zaman yang kemudian disebut zaman Yayoi.
    Pada awal zaman Yayoi, orang Yayoi sudah mulai dapat menenun, bertanam padi, mengenal perdukunan serta pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dipelajari dari Korea atau Cina.[5] Sejumlah studi paleoetnobotani menunjukkan teknik menanam padi di sawah dan irigasi sudah dikenal sejak sekitar 8000 SM di Delta Sungai Yangtze dan menyebar ke Jepang sekitar 1000 SM.[6]
    Dokumen tertulis yang pertama kali menyebut Jepang adalah Buku Han Akhir[7] asal 57 Masehi. Buku tersebut mengisahkan, "Di seberang lautan dari Distrik Lelang tinggal orang-orang Wa. Mereka ada lebih dari dari 100 suku, mereka sering datang dan membayar upeti." Catatan Sejarah Tiga Negara dari abad ke-3 mencantumkan negara yang terbentuk dari kumpulan 30 suku-suku kecil yang diperintah oleh dukun wanita bernama Himiko dari Yamataikoku.
    Semasa Dinasti Han dan Dinasti Wei, pengelana Cina tiba di Kyushu dan mencatat tentang para penduduk yang tinggal di sana. Menurut para pengelana Cina, mereka adalah keturunan dari Paman Agung (Tàibó) dari negara Wu. Penduduk di sana juga menunjukkan ciri-ciri orang Wu pra-Cina yang mengenal tato, tradisi mencabut gigi, dan menggendong bayi. Buku Sanguo Zhi mencatat ciri-ciri fisik yang mirip dengan ciri-ciri fisik orang yang digambarkan dalam boneka haniwa. Laki-laki berambut panjang yang dikepang, tubuh dihiasi tato, dan perempuan mengenakan pakaian terusan berukuran besar.
    Situs Yoshinogari adalah situs arkeologi terbesar untuk peninggalan orang zaman Yayoi yang mengungkap adanya permukiman di Kyushu yang sudah didiami orang secara terus menerus selama ratusan tahun. Hasil ekskavasi menunjukkan artefak tertua berasal dari sekitar 400 SM. Di antara artefak yang ditemukan terdapat perkakas besi dan perunggu, termasuk perkakas dari Korea dan Cina.[8][9][10] Dari barang-barang peninggalan diperkirakan orang zaman Yayoi sudah sering melakukan kontak dan berdagang dengan orang dari Daratan Cina.

    jaman prasejarah jepang

    Zaman Paleolitik Jepang (旧石器時代 Kyūsekki Jidai?) diperkirakan dimulai sekitar 100.000 SM[1] hingga 30.000 SM berdasarkan artefak alat-alat dari batu yang telah ditemukan, dan berlanjut sekitar 14.000 SM,[2] pada zaman es akhir yang bertepatan dengan awal periode Mesolitik (zaman Jōmon). Keberadaan manusia di Kepulauan Jepang sebelum 30.000 SM–35.000 SM adalah kontroversial. Keautentikan artefak yang mendukung keberadaan manusia sebelum 35.000 SM di Kepulauan Jepang masih diragukan.[3]
    Fosil tertua tulang manusia ditemukan di Hamamatsu, Shizuoka. Penanggalan radiokarbon mengungkap fosil-fosil tersebut berasal dari sekitar 14.000–18.000 tahun lalu.

    Batu giling dan batu asah

    Batu asah atau kapak batu situs Hinatabayashi B, Shinanomachi, Nagano. periode pra-Jōmon (Paleolitik), 30.000 SM. Museum Nasional Tokyo.
    Alat-alat berupa batu giling dan batu asah dari periode Paleolitik Jepang diketahui termasuk paling tua di dunia,[4] berasal dari sekitar 30.000 SM. Teknologi alat batu seperti ini umumnya dikaitkan dengan awal periode Neolitik sekitar 10.000 SM di bagian lainnya di dunia. Hingga saat ini tidak diketahui alasan alat-alat tersebut diciptakan begitu awal di Jepang. Meskipun demikian, periode Paleolitik Jepang umumnya terjadi ketika iklim dunia mulai menghangat (30.000–20.000 tahun lampau), orang-orang waktu itu mungkin telah menggunakannya.
    Berdasarkan penemuan alat-alat batu tersebut, definisi periode Paleolitik Jepang berbeda dengan definisi umum periode Paleolitik menurut teknologi batu (alat-alat batu serpih). Alat-alat batu dari periode Paleolitik Jepang sudah menunjukkan ciri-ciri Mesolitik dan Neolitik paling tidak sejak 30.000 SM.

    Manusia Purba Di Indonesia

    1. Homowajekenis, dinamakan demikian karena Fosilnya ditemukan di daerah Wajak-dekat Kota Tulungagung, di lembah Kali Brantas Jawa Timur tahun 1889 oleh E. Dubois.
    2. Pithecanthropus erectus, yang artinya Manusia kera yang berjalan tegak, berdasarkan fosil yang di temukan di desa Trinil lembah bengawan solo oleh E. Dubois (1890)
    3. Homosoloensis,dinamakan demikian karena fosilnya di temuka dilmbah bengawa solo, Oleh Van Koenigswald tahun 1931-1934.
    4. Pithecanthropus Mojokertensis, ditemukan di Mojokerto Jawa Timur pada tahun 1936 oleh Van Koenigwald.
    5. Meganthropus Palaenjavanicus,artinya Mausia berukuran raksasa dari jawa di temukan di desa sangiran oleh Van Koenigwald pada tahun 1941.
    6. Homo Sapiens,diduga merupaka nnek moyang bangsa indonesia yg berasal dari yunan-daratan cina selatan yg menyebar di kepulauan indonesia tahun 1500 SM.